selamat datang

... Selamat Datang di website (unofficial) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sumba Barat Daya ... Tetap Kerja & Tetap Berkarya - Bersama Kita Bisa ... - ... Maju, Mandiri, Modern - untuk meningkatkan mutu dan produksi ternak ... TERNAK BERIDENTITAS, TERNAK BERKUALITAS ... Terus Melaju untuk Indonesia Maju ... DIRGAHAYU KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA KE 17 LODA WEE MARINGI PADA WEE MALALA ...

Selasa, 21 Juli 2020

Mengenal Lumpy Skin Disease (LSD)

Beberapa waktu yang lalu, Sistem Informasi Badan Kesehatan Hewan Dunia (WAHIS- OIE) mengumumkan adanya laporan kasus baru LSD di Taiwan, tepatnya tanggal 10 Juli 2020.
Penyakit LSD ini dapat berdampak pada kerugian ekonomi apabila masuk ke Indonesia.  Perlu lebih waspada dan laporkan bila melihat sapi atau kerbau yang dicurigai menunjukkan tanda klinis LSD.

Apa itu LSD
Lumpy skin disease merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus Lumpy Skin Disease (LSDV), genus Capripoxvirus, famili Poxviridae. Ternak yang menderita penyakit ini akan mengalami penurunan produksi susu, aborsi, infertilitas dan kerusakan kulit. Vektor utama penyebar virus berasal dari serangga sehingga wabah bisa meluas dan sulit dikendalikan.


Awalnya, penyakit lumpy skin disease hanya terbatas di Afrika pada satu waktu, tetapi sekarang telah menjadi endemik di bagian Timur Tengah.

Perkembangan terbaru wabah penyakit ini dilaporkan sudah meluas ke Rusia, Armenia, Azerbaijan, Turki dan Eropa. Virus ini sudah diberantas dari beberapa negara, tetapi ada juga negara yang belum bisa mengatasi virus tersebut.

Vektor penyebar virus juga bisa dari arthropoda, lalat, hama, nyamuk dan kutu, dan bisa menyebar ke beberapa negara. Penyakit lumpy skin disease biasanya akan menyerang sapi dan kerbau air di Asia (Bubalus bubalis).



Gejala Klinis
*  demam, pembesaran kelenjar getah bening superfisial, terdapat lesi pada kulit dan selaput lendir.
*  pada kulit, lesi awalnya muncul sebagai bagian yang keras, bulat, dan berkembang menjadi nodul kulit dengan ketebalan penuh yang diameternya berkisar dari < 1 cm hingga 8 cm.
*  lesi juga dapat terjadi di oropharynx, saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan paru-paru, kadang-kadang mengakibatkan pneumonia primer atau sekunder.
*  ternak akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga menyebabkan ternak menjadi kurus dan penurunan produksi susu.
*  kasus yang parah, kulit pada kaki menjadi bersisik atau ambing bisa menjadi nekrotik dan mengelupas. Infeksi bakteri sekunder dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tendon, sendi, puting susu dan kelenjar susu. Ternak sapi jantan akan mengalami kemandulan sementara atau permanen dan sapi betina yang hamil akan mengalami abortus.


Penanganan dan Pencegahan
Tindakan perawatan yang suportif karena belum ditemukan untuk pengobatan khusus. Pemberian antibiotik untuk infeksi bakteri sekunder juga dapat diberikan. Dressing luka untuk mengurangi serangan lalat dan infeksi sekunder akan membantu proses penyembuhan.

Pencegahan wabah penyakit yang dilakukan dengan karantina, depopulasi, dan desinfeksi tempat yang terinfeksi serta vaksinasi. Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk ternak agar tidak menderita penyakit lumpy skin disease seperti vaksinasi, desinfeksi, pengendalian serangga yang ditakutkan sebagai vektor.

Pengendalian serangga umumnya digunakan selama wabah penyakit, meskipun efektivitasnya masih belum jelas.

Sebagian besar ternak yang menderita penyakit ini akan sembuh perlahan, namun ternak yang sangat parah bisa menyebabkan kematian. Pemulihan pada ternak bisa memakan waktu beberapa bulan. Beberapa lesi kulit akan memerlukan satu atau dua tahun untuk menyembuhkan. Lubang atau bekas luka yang dalam menjadi bekas di permukaan kulit.


#LumpySkinDisease
#LSD
#lapor
#iSIKHNAS
#Ditkeswan
#EID
#PIB

File tentang LSD dari FAO ada di bagian UNDUH

sumber: 
https://www.facebook.com/462826777174943/posts/2024689880988617/ 
https://www.genagraris.id/ 
gambar: https://www.fao.org /

Tidak ada komentar:

Posting Komentar