Sekilas tentang Kuda Sandel (Kuda Sumba)
Kuda sandel atau Sandalwood Pony disebut juga Kuda Sumba karena sudah sejak lama dikenal di Pulau Sumba. Kuda sumba merupakan salah satu kuda ras yang terbaik di Indonesia. Kuda ini merupakan tipe daging dan tarik ringan.
Dari berbagai jenis kuda di dunia, kuda Arab dapat dianggap sebagai cikal bakal kuda-kuda yang ada di Sumba saat ini. Kuda yang terdapat di Sumba dan wilayah Asia Tenggara pada umumnya termasuk ras timur. Berbeda dengan kuda ras Eropa dan Amerika yang memiliki tengkorak lebih besar.
Dari bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda Mongol. Kuda ini merupakan keturunan dari jenis Przewalski yang ditemukan pada 1879 di Asia Tengah. Penyebarannya ke wilayah Asia diperkirakan bersama dengan penyebaran agama Hindu.
Kuda di Indonesia dipengaruhi iklim tropis serta lingkungan. Tinggi badannya 1,15-1,35 meter sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup, serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung serasi.
Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Sedangkan bentuk kuku kecil dan berada di atas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik) karena kedua kaki bagian muka lebih berkembang apabila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara, termasuk di Sumba
Kuda Sumba aslinya merupakan kuda poni dan kemudian diberi nama kuda Sandel atau lengkapnya kuda Sandelwood Pony. Kuda Sandel yang dikembangkan di Sumba merupakan kuda pacu asli Indonesia. Kuda Sumba merupakan hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading up) dan kuda Arab. Nama "sandelwood" sendiri diambil dari nama cendana (sandalwood) yang pada masa lampau pernah menjadi komoditas unggulan dan diekspor dari Sumba dan pulau-pulau di Nusantara ke negara Asia lainnya, seperti India.
Kuda sandel memiliki postur rendah apabila dibandingkan kuda-kuda ras Australia atau Amerika. Tinggi punggung kuda 130-142 cm, banyak dipakai orang untuk kuda tarik, kuda tunggang, dan bahkan kuda pacu. Keistimewaannya terletak pada kaki dan kukunya yang kuat dan leher besar. Kuda Sumba juga memiliki daya tahan yang istimewa. Warna bulu bervariasi, ada yang hitam, putih, merah, krem, abu-abu, dan belang.
Kuda mempunyai ikatan historis dengan orang Sumba. Kuda telah menjadi bagian hidup masyarakat di pulau paling selatan Indonesia itu sejak pertengahan abad ke-18. Kuda, bagi orang Sumba, awalnya hanya digunakan sebagai alat transportasi. Namun, seiring dengan perkembangan kehidupan orang Sumba, kuda tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi juga dipakai sebagai mahar (belis), sebagai cendera mata untuk urusan adat, seperti perdamaian, dan untuk bawaan saat menghadiri upacara penguburan. Bahkan, kuda bagi orang Sumba dianggap sebagai kendaraan leluhurnya.
Ciri-ciri kuda Sumba:
1. Tinggi antara 110 cm-130 cm.
2. Bentuk tubuh cukup serasi, bagian tubuhnya bagus
3. Tubuh bagian tengah agak pendek.
4. Dada cukup besar dan dalam.
5. Mata bersinar riang.
6. Telinga agak kecil.
7. Suri dan kumba agak tebal.
8. Pangakal leher pendek.
9. Kedudukan ekor tinggi.
10. Bentuk kuku kecil.
11. Tipe kuda penarik ringan.
12. Kulit tipis.
13. Langkah pendek.
14. Tubuh bagian depan lebih besar dari belakang
15. Warna bermacam-macam
16. Temperamen cerah, riang dan bertingkah laku sabar.
sumber:
Keputusan Menpan RI Nomor: 426/Kpts/SR.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel
Mengenal warna bulu kuda (sebutan lokal)
|
Belang Hitam |
|
Daugh Putih |
|
Hitam Monyet |
|
Hitam |
|
Merah Bles |
|
Merah Katung |
|
Merah |
|
Putih Albino |
|
Belang Kakombak |
|
Daugh Hitam |
|
Daugh Putih |
|
Dragam |
|
Kakombak Tanah |
|
Kalombak |
|
Kanusu |
|
Napas |
|
Napas Bles |
|
Napas Madu |
|
Napas Mas |
|
Napas |
|
Rajak Besi |
|
Rajak |
sumber:
Foto-foto lama, dokumentasi Puskeswan