Rapat Monitoring dan Evaluasi KTPT 2022 |
Pemberian Cap Bakar pada kuda |
Rapat Monitoring dan Evaluasi KTPT 2022 |
Pemberian Cap Bakar pada kuda |
Mendengar kata forensik mengingatkan film-film serial investigasi, sebut saja film CSI (Crime Scene Investigation) yang kemudian disusul banyak judul lain seperti CSI: Las Vegas, CSI: Miami, CSI: NY dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tapi kali ini kita tidak membahas tentang film-film serial investigasi tersebut, yang akan kita bahas adalah forensik veteriner, yaitu cara untuk membuktikan atau mengungkap kasus untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya dalam kaitannya dengan medikolegal di dunia veteriner.
(medikolegal adalah dokter spesialis yang memiliki kemampuan mengelola barang bukti medis berupa benda-benda biologis manusia yang hidup maupun yang sudah meninggal dunia untuk dijadikan alat bukti hukum, termasuk melacak bagian-bagian tubuh untuk kepentingan identifikasi).
Menurut Dr. Stern, ahli patologi Univ.of Illionis menyatakan bahwa forensik veteriner merupakan pengumpulan bukti yang berlaku secara hukum dan dilakukan oleh tenaga medis yang sah pada kasus yang menimpa atau melibatkan hewan, seperti dipaparkan drh. Mawar Subangkit, M.Si. PhD. APVet dalam kegiatan "Temu Puskeswan Nasional Tahun 2022" yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesehatan Hewan, Kementan RI tanggal 31 Oktober 2022 kemarin.
Didalam Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah termuat juga pasal yang mengatur tentang forensik veteriner di pasal 73.
Menurut drh. Mawar Subangkit, M.Si. PhD. APVet tindakan forensik merupakan tindakan pencarian fakta (seperti Detektif) yang keberhasilannya melalui tujuh langkah berikut :
1. Mengetahui kebutuhan forensik
2. Menentukan permasalahan
3. Mengumpulkan data dan laporan (Visum et Repertum)
4. Analisa Data
5. Menentukan hipotesa
6. Menguji hipotesa
7. Memilih hipotesa akhir
Data dan Laporan (VeR) sangat penting
Dalam kasus hukum, karena VeR pada dunia kedokteran merupakan keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interprestasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan peradilan (Budiyanto et al. 1997), sedangkan pada hewan VeR dilakukan oleh tenaga ahli (dokter hewan forensik) yang mampu dan boleh secara sah menurut hukum (sehingga keterangan yang dihasilkan sah dimata hukum).
Jenis VeR pada hewan:
1. VeR pada Hewan Hidup
- Analisa Klinis/Physical Examination (PE)
- Analisa Patofisiologis
- Analisa Psychology/Kelainan Tingkah laku
2. VeR pada Hewan Mati (Necropsy)
- Pengumpulan bukti post mortem
- Analisa Toksiokologi
- Analisa Histopatologi
3. VeR Tempat Kejadian Perkara/Media
- Pencarian barang bukti
- Analisa DNA tertinggal
Forensik Veteriner diperlukan
Saat ini banyak sekali kasus-kasus kekerasan terhadap hewan dan pelanggaran dari konsep Animale Walfare serta penyiksaan terhadap hewan yang semakin terbuka dilakukan oleh sekelompok orang. Seharusnya hewan juga berhak untuk hidup sejahtera, bebas dari rasa sakit, haus, kelaparan dan mendapatkan perlindungan sebagaimana diatur dalam KUHP pasal 30 UU no 18 Tahun 2009, pasal 66 dan 67 tentang kesejahteraan hewan serta UU no 6 tahun 1967 pasal 22 tentang kesejahteraan hewan. Banyak faktor seseorang melakukan tindak kekerasan terhadap hewan seperti rasa puas ketika menyiksa hewan dan mendapatkan keuntungan dari tindakan kekerasan tersebut. Sehingga peran dokter hewan forensik dibutuhkan dalam Ilmu Forensik (kumparan.com, 2020).
Pada kasus hewan sebagai korban, dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Hewan mati tidak biasa atau mencurigakan (perlu ditentukan penyebab dan mekanisme kematian)
2. Hewan hidup, namun menunjukkan perilaku yang tidak biasa, luka atau temuan tidak terduga lainnya
3. Kesejahteraan hewan yang terganggu (menentukan sebab dan lokasi sakit, stress
atau ketidaknyamanan hewan
4. Kejahatan satwa liar (menentukan motif, penyebab dan mekanisme kematian)
Peran dokter hewan dalam kasus forensik pada korban hewan juga berperan penting untuk proses identifikasi karena saat ini banyak sekali kasus-kasus kekerasan terhadap hewan baik hewan peliharaan, satwa liar dan hewan-hewan terlantar. Bidang Kedokteran hewan ilmu forensik juga berperan penting dalam mendiagnosa kasus atau tindak pidana yang dilakukan terhadap hewan.
Dalam menentukan kesimpulan atau diagnosa, peran dokter hewan dalam ilmu forensik sebagai saksi ahli atau mengisi Visum et Repertum yang digunakan sebagai alat bukti. Alat bukti dari seorang dokter Visum et Repertum digunakan sebagai salah satu data penunjang dalam ilmu Forensik untuk mendapatkan Penyelesaian. Dengan melihat keadaaan tersebut, ke depannya diharapkan penyidik, khususnya pihak kedokteran hewan forensik dan kepolisian, dapat memberikan kontribusi terhadap hak-hak korban kekerasan terhadap hewan dan menindak tegas pelaku kekerasan terhadap hewan dengan melihat peraturan-peraturan yang ada (kumparan.com, 2020)
Dokter Hewan lapangan perlu membuat Networking dan dukungan dalam pelaksanaan forensik veteriner
Sumber:
1. drh. Mawar Subangkit, M.Si. PhD. APVet - Tatalaksana Pembuatan Visum Et Repertum Veteriner serta Dasar-dasar Forensik Veteriner, Materi dan gambar pada Kegiatan Temu Puskeswan Nasional Tahun 2022
2. Agustin Citra, Peran Forensik Veteriner , kumparan.com 2020
3. berbagai sumber lainya
Sekilas tentang Kuda Sandel (Kuda Sumba)
Kuda sandel atau Sandalwood Pony disebut juga Kuda Sumba karena sudah sejak lama dikenal di Pulau Sumba. Kuda sumba merupakan salah satu kuda ras yang terbaik di Indonesia. Kuda ini merupakan tipe daging dan tarik ringan.
Dari berbagai jenis kuda di dunia, kuda Arab dapat dianggap sebagai cikal bakal kuda-kuda yang ada di Sumba saat ini. Kuda yang terdapat di Sumba dan wilayah Asia Tenggara pada umumnya termasuk ras timur. Berbeda dengan kuda ras Eropa dan Amerika yang memiliki tengkorak lebih besar.
Dari bentuk wajahnya, kuda ras timur diduga merupakan keturunan kuda Mongol. Kuda ini merupakan keturunan dari jenis Przewalski yang ditemukan pada 1879 di Asia Tengah. Penyebarannya ke wilayah Asia diperkirakan bersama dengan penyebaran agama Hindu.
Kuda di Indonesia dipengaruhi iklim tropis serta lingkungan. Tinggi badannya 1,15-1,35 meter sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup, serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung serasi.
Belang Hitam |
Daugh Putih |
Hitam Monyet |
Hitam |
Merah Bles |
Merah Katung |
Merah |
Putih Albino |
Belang Kakombak |
Daugh Hitam |
Daugh Putih |
Dragam |
Kakombak Tanah |
Kalombak |
Kanusu |
Napas |
Napas Bles |
Napas Madu |
Napas Mas |
Napas |
Rajak Besi |
Rajak |
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab Sumba Barat Daya menggelar pelayanan vaksinasi SE dan Antraks tahun 2022 yang dipadukan dengan Pelayanan KTPT (Kartu Tanda Pemilik Ternak). Pelayanan ini dimulai dari tanggal 17 Mei sampai 17 Juni 2022 yang serentak dilaksanakan di 11 Kecamatan se Sumba Barat Daya.
4. Kecamatan Wewewa Tengah
5. Kecamatan Kodi Balaghar
6. Kecamatan Kodi Bangedo
7. Kecamatan Wewewa Timur